Thursday, May 8, 2008

MENGENAL JARDIKNAS

Jejaring Pendidikan Nasional


Jejaring pendidikan nasional adalah Wide Area Network (WAN) yang menghubungkan seluruh kantor dinas pendidikan propinsi, kabupaten/kota, sekolah-sekolah dan perguruan tinggi serta masyarakat pendidikan yang berada di dalam wilayah Republik Indonesia.

Jejaring ini dibuat untuk memperlancar dan mengoptimalkan arus komunikasi, data dan informasi antar pelaksana pendidikan, sehingga data dan informasi menjadi lebih optimal, lancar, transparan, efektif dan efisien.

Secara umum, Jardiknas dapat menjadi 4 zona, yaitu:

1. Zona Kantor Dinas Pendidikan / Institusi

2. Zona Perguruan Tinggi

3. Zona Sekolah

4. Zona Guru dan Siswa


1. Zona Kantor Dinas Pendidikan / Institusi


Zona ini menghubungkan kantor-kantor dinas pendidikan propinsi, kabupaten/kota, PPPG, LPMP, Balai Bahasa, SKB dan institusi pendidikan lainnya. Jaringan pada zona ini diprioritaskan untuk implementasi transaksi on line Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pendidikan. Adapun data teknis untuk Zona ini adalah:

Total Node (Rencana 2007) : 717

Kapasitas per-node : 256 – 2000 Kbps

Media Koneksi : LC/FO/VSAT

Posisi NOC : Gedung C Lt. 7

Jalur Internet (Rencana 2007) : 50(100)Mbps/100 Mbps

Alokasi IP : Private IP (10.x.x.x)

Dari seluruh node yang ditargetkan pada tahun 2007, masih ada beberapa node yang belum terhubung dengan kendala:

1. Kantor Dinas yang dituju masih dalam tahap pembangunan/renovasi

2. Infrastruktur pendukung masih belum memungkinkan, misal listrik yang belum tersedia atau hanya berfungsi pada malam hari saja.

3. Kondisi keamanan yang tidak kondusif, seperti hilangnya peralatan yang sudah dipasang maupun kondisi daerah yang dalam kondisi rusuh.


Gambar 2.1 – Jardiknas Kantor Dinas/Institusi


4. Ada kendala teknis pada distribusi perangkat maupun link jaringan.

5. Kontak person pada beberapa lokasi sulit dihubungi untuk konfirmasi dan koordinasi peralatan.


2. Zona Perguruan Tinggi (Inherent)


Zona ini menghubungkan perguruan tinggi yang ada pada 32 propinsi, dan disebut juga dengan Inherent (Indonesia Higher Education Network) Jaringan ini diprioritaskan untuk pelaksanaan riset dan pengembangan perguruan tinggi, sehingga menggunakan bandwidth yang cukup besar.

Adapun data teknis untuk Zona ini adalah:

Kapasitas per-node : 2 - 155 Mbps

Media Koneksi : FO/VSAT

Posisi NOC : Wisma Aldiron

Jalur Internet : Tidak Ada


Gambar 2.2 – Jardiknas Perguruan Tinggi


3. Zona Sekolah


Zona ini dikembangkan pada tahun 2007 dan direncanakan akan menghubungkan 6500 sampai 10.000 sekolah, mulai dari jenjang SD hingga SLTA ke Jardiknas, sehingga terbangun sebuah sistem teknologi informasi hingga ke jenjang sekolah. Dengan adanya koneksi ini, diharapkan dapat terbangun sistem e-learning dalam dunia pendidikan di Indonesia secara menyeluruh

Secara umum, Jardiknas zona sekolah (SchoolNet) terdiri dari 3 jenis, yaitu:

1. SchoolNet ADSL

2. SchoolNet Wireless

3. SchoolNet Wimax

3.1 SchoolNet ADSL

Tipe koneksi ini menghubungkan sekolah-sekolah yang berada di kabupaten/kota dengan Jardiknas melalui jalur ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line).

Dengan menggunakan teknologi ADSL, maka komunikasi suara dan data dapat dilaksanakan secara parallel dengan hanya menggunakan 1 jalur kabel tembaga saja, sehingga untuk koneksi ke Jardiknas maupun internet cukup dengan menggunakan jalur telepon yang sudah ada.


Gambar 2.3 – SchoolNet ASDL

Namun, teknologi ini belum dapat dimanfaatkan di seluruh wilayah Indonesia, karena membutuhkan beberapa perangkat-perangkat yang spesifik, seperti : Digital Subscriber Line Access Multiplexer (DSLAM) dan BRAS, dimana perangkat ini hanya tersedia di beberapa kabupaten dan kota. Oleh sebab itu, teknologi ini pada tahun 2007 belum dapat dimanfaatkan di seluruh wilayah Indonesia. Depdiknas bekerjasama dengan PT. Telkom untuk menyediakan tipe koneksi ini, dimana sekolah-sekolah di kabupaten/kota yang telah mampu memanfaatkan teknologi ADSL, akan terhubung dengan Jardiknas melalui teknologi ini.

Bahasa marketing yang dipergunakan oleh PT. Telkom untuk layanan ini adalah Speedy. Beberapa fasilitas yang dapat diperoleh dari program ini adalah:

1. Setiap sekolah akan terkoneksi ke Jardiknas menggunakan link ADSL dengan kecepatan 64/384 Kbps.

2. Koneksi internet akan diberikan ke sekolah-sekolah tersebut melalui jalur Jardiknas secara unlimited (tanpa batas).

3. Sebagai backup koneksi, PT. Telkom akan memberikan konesi internet melalui Speedy dengan maksimal data 2,5 GB/bulan

4. Dukungan teknis di tiap-tiap sekolah dilakukan oleh PT. Telkom

5. Dukungan teknis online akan dilakukan oleh tim dari Depdiknas.

6. Karena terhubung langsung dengan Jardiknas, maka sekolah dapat menggnakan seluruh fasilitas Jardiknas dengan lebih cepat. Persyaratan utama agar sekolah dapat terhubung ke Jardiknas melalui jenis koneksi ini adalah:

1. berada pada layanan ADSL dari PT. Telkom;

2. memiliki line telepon;

3. menyediakan modem ADSL;

4. memiliki laboratorium komputer;

5. memiliki NPSN yang terpublish pada web site

http://npsn.jardiknas.org;

6. memiliki NISN yang terpublish pada web site

http://nisn.jardiknas.org;

7. memiliki NUPTK yang terpublish pada web site

http://nign.jardiknas.org;

8. memiliki tenaga teknisi jardiknas dari program 2006 atau akan menyediakan tenaga teknisi jardiknas untuk tahun 2007.

Adapun data teknis untuk program ini adalah:

Total Node (rencana) : 6000 Sekolah

Kapasitas per-node : 64 - 384 Kbps

Media Koneksi : Wireline

Posisi NOC : Gedung C Lt. 7

Jalur Internet : 50 Mbps/100 Mbps

Alokasi IP : Public IP


3.2 SchoolNet Wireless


Sehubungan dengan terbatasnya teknologi ADSL untuk dapat digunakan di seluruh wilayah Indonesia dan dengan memanfaatkan infrastruktur dari program WAN Kota maupun ICT Center yang telah dikembangkan oleh Depdiknas sejak tahun 2004, maka kolaborasi antara program Jardiknas dengan Wan Kota serta ICT Center dilakukan dalam bentuk program SchoolNet Wireless.

Secara umum, program ini memanfaatkan infrastruktur yang telah ada di kabupaten kota dari program ICT Center, berupa perangkat Wireless 2,4 GHz.

Program ini amat sesuai dikembangkan di daerah rural yang memiliki topografi cenderung datar, karena dengan menggunakan perangkat Wireless yang ada, maka titik koneksi yang ada dapat meliputi area seluas 3-5 Km dari jarak pemancar. Apabila hendak memperluas koneksi, maka tinggal menambahkan Base Transceiver Station (BTS) yang akan menjembatani antara satu cell (cakupan pancaran) dengan cell yang lain.

Beberapa perangkat dibutuhkan untuk jenis koneksi ini, yaitu Access Point, Antena (baik grid, yagi, sektoral maupun omni yang disesuaikan dengan jarak antara pemancar dan penerima serta arah pancaran) maupun perangkat pendukung lainnya (Tower, PoE, pigtail, dan lain-lain). Sekolah dapat terhubung dengan jardiknas melalui wireless yang terpasang pada ICT Center atau Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Dengan teknologi ini, amat diharapkan daerah yang belum terjangkau dengan teknologi ADSL dapat terhubung dengan Jardiknas dan dapat menikmati layanan-layanan jardiknas.

Beberapa fasilitas yang dapat diperoleh dari program ini adalah:

1. Setiap sekolah akan terkoneksi ke Jardiknas menggunakan wireless dengan kecepatan 32/64 Kbps share.

2. Koneksi internet akan diberikan ke sekolah-sekolah tersebut melalui jalur Jardiknas secara unlimited (tanpa batas).

3. Dukungan teknis di tiap-tiap sekolah dilakukan oleh ICT Center

4. Dukungan teknis online akan dilakukan oleh tim dari Depdiknas.

5. Karena terhubung langsung dengan Jardiknas, maka sekolah dapat menggunakan seluruh fasilitas Jardiknas dengan lebih cepat.

Persyaratan utama agar sekolah dapat terhubung ke Jardiknas melalui jenis koneksi ini adalah:

1. berada pada area layanan wireless dari ICT Center atau Dinan Pendidikan;

2. menyediakan perangkat wireless (Access Point, Antena, kabel jaringan);

3. menyediakan tower dengan tinggi yang disesuaikan dengan kondisi geografis (opsional)

4. memiliki laboratorium komputer;

5. memiliki NPSN yang terpublish pada web site

http://npsn.jardiknas.org;

6. memiliki NISN yang terpublish pada web site

http://nisn.jardiknas.org;

7. memiliki NUPTK yang terpublish pada web site

http://nign.jardiknas.org;

8. memiliki tenaga teknisi jardiknas dari program 2006 atau akan menyediakan tenaga teknisi jardiknas untuk tahun 2007.

Adapun data teknis untuk program ini adalah:

Total Node (rencana) : 4000 Sekolah

Kapasitas per-node : 32 – 64 Kbps

Media Koneksi : Wireless

Posisi NOC : Gedung C Lt. 7

Jalur Internet : 50 Mbps/100 Mbps

Alokasi IP : Privat IP


Gambar 2.4 – SchoolNet Wireless


3.3 SchoolNet Wimax


Salah satu ciri utama teknologi adalah selalu berkembang dan berubah seiring dengan pergeseran waktu dan jaman. Teknologi Wireless yang bekerja pada rentang frekwensi 2,4 GHz memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya adalah jarak pancar yang relatif dekat dan keharusan LOS (Line of Sight).

Frekwensi 2,4 GHz menggunakan standard IEEE 802.11 yang disebut juga dengan Wi-Fi. Untuk menghadapi kendala tersebut, maka dikembangkanlah teknologi Wimax (Worldwide Interoperability for Microwave Access) yang dikembangkan pada bulan Juni tahun 2001 menggunakan standar IEEE 802.16.

Standar WiMax pada awalnya dirancang untuk rentang frekuensi 10 s.d. 66 GHz. 802.16a, diperbaharui pada 2004 menjadi 802.16-2004 (dikenal juga dengan 802.16d) menambahkan rentang frekuensi 2 s.d. 11 GHz dalam spesifikasi. 802.16d dikenal juga dengan fixed WiMax, diperbaharui lagi menjadi 802.16e pada tahun 2005 (yang dikenal dengan mobile WiMax) dan menggunakan orthogonal frequency-division multiplexing (OFDM) yang lebih memiliki skalabilitas dibandingkan dengan standar 802.16d yang menggunakan OFDM 256 sub-carriers. Penggunaan OFDM yang baru ini memberikan keuntungan dalam hal cakupang, instalasi, konsumsi daya, penggunaan frekuensi dan efisiensi pita frekuensi. WiMax yang menggunakan standar 802.16e memiliki kemampuan hand over atau hand off, sebagaimana layaknya pada komunikasi selular. Dengan menggunakan WiMax, maka hanya dibutuhkan sebuah BTS dengan rentang jarak 30-50 Km, yang berarti untuk sebuah kota atau kabupaten hanya dibutuhkan 1 BTS untuk menjangkau seluruh sekolah di wilayah tersebut. Kecepatan transfer data juga dapat dilakukan secara teoritis dengan kecepatan 70 MBps, jauh diatas kecepatan Wi-Fi yang “hanya” 11-54 MBps.

Untuk Indonesia, saat ini frekwensi WiMax masih menunggu proses tender frekwensi yang dilaksanakan oleh pemerintah. Oleh sebab itu, SchoolNet Wimax untuk tahun 2007 masih dilaksanakan dalam bentuk riset.

Semoga di masa akan datang, teknologi ini akan cukup mudah dan murah diimplementasikan di dalam Jardiknas, sehingga impian menghubungkan seluruh

sekolah di Republik Indonesia, baik untuk rural maupun urban area dapat terpenuhi.


4. Zona Guru dan Siswa


Pengembangan Jardiknas tidak hanya berhenti pada institusi, tetapi juga diteruskan kepada aspek manusia yang bersentuhan langsung dengan pendidikan, yaitu guru dan siswa.

Masih sering terdengar dalam berbagai berita dan media informasi lainnya, yang menyebutkan bahwa biaya internet Indonesia termasuk yang termahal di dunia, juga alangkah sulitnya untuk memperoleh koneksi tersebut. Jadi sudah mahal, sulit pula diperoleh. Salah satu zona yang dikembangkan dalam program Jardiknas adalah Zona Guru dan Siswa yang disebut juga TeacherNet dan StudentNet. Zona ini diharapkan dapat menghubungkan setiap guru dan siswa dengan jardiknas di rumah masing-masing sehingga proses pembelajaran berbasis IT dapat dilaksanakan mulai dari sekolah hingga ke rumah. Teknologi yang akan dikembangkan untuk zona guru dan siswa ini adalah perpaduan dari Wireless, ADSL, 3G, GPRS, CDMA maupun Dialup, yang disesuaikan dengan kondisi geografis dan teknologi yang ada di masing-masing kabupaten/kota.

Sampai saat ini proses koordinasi untuk program guru dan siswa masih berlangsung, dan diharapkan sudah dapat dinikmati di beberapa

kabupaten/kota pada tahun 2007 ini.


Fasilitas dan Layanan Jardiknas


Selain sistem jaringan pada jejaring pendidikan nasional, yang kini dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, Depdiknas juga memberikan beberapa fasilitas dan layanan kepada pengguna dari jejaring tersebut, yaitu:

a. memberikan layanan telepon via intranet secata gratis (Free Intranet Telephone Pendidikan dengan menggunakan sistem VOIP-Edu),

b. menyedikan layanan konferensi dengan menggunakan video (Video Conference System),.

c. membuat dan memfasilitasi Data Center dan Colocation Server,

d. memberikan layanan akses internet (sampai pada minimal 50 Mbps Internasional & 100 Mbps IIX),

e. memberikan Web hosting untuk sekolah-sekolah

(sampai pada kapasitas 200 Mb Space),

f. menyediakan layanan Email untuk pegawai dalam lingkup dinas pendidikan (sampai pada kapasitas 1 GB Mailbox untuk setiap pengguna – user@diknas.go.id),

g. memfasilitasi adanya Call Center & Helpdesk Service, dan

h. menyediakan dukungan teknis (Technical Support Online).

Pada proses implementasi dan pembangunan dari JARDIKNAS ini juga tidak lepas dari munculnya kendala- kendala yang harus dihadapi. Kendala ini antara lain adalah:

a. masalah tersedianya orang yang mengoperasikan (SDM);

b. masalah tersedianya dana;

c. masalah koordinasi dan kerja sama yang harus ditingkatkan;

d. masalah sistem keamanan jaringan, dan

e. masalah kesinambungan tata kelola sistem jaringan di setiap lokasi.

Terlepas dari adanya kendala-kendala yang ada, program JARDIKNAS ini dirasa sangat menguntungkan.

Program ini hampir sama dengan program ‘SEARCA University Consortium Network’ yang menghubungkan beberapa perguruan tinggi di Asia, Eropa dan Kanada.

Program JARDIKNAS juga mirip sama dengan programnya SEAMEO yang dinamakan Connecting Asian Europe e-Learning (CAE-e-LEARN). A collaborative research with Universitat Oberta de Catalunya-Spain, ICDE-Spain, SEAMES-Thailand, VOCHTEC-Brunei-Darussalam, Fern Universitaet in Hagen Germany, PUEMLR-France, and Tilburg University-the Netherlands.

Pembangunan jejaring pendidikan nasional beserta fasilitas dan layanan yang dikembangkan seperti apa yang dijelaskan di atas adalah kegiatan yang teramat penting untuk tujuan melaksanakan pembangunan pendidikan yang efektif (do the right thing) dan efisien (do the thing right).


Disarikan dari Pedoman Jardiknas 2007 :

Dr. Ir. Gatot Hari Priowirjanto

Bondan S. Prakoso, ST

Khalid Mustafa, ST

Dan Tim ICT-BPKLN-DEPDIKNAS

Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri

Departemen Pendidikan Nasional Jakarta

No comments: